Kebakaran Bromo: Calon pengantin minta maaf, ‘kejadian tidak sengaja’
Foto udara kondisi lahan pascakebakaran di Pos Watu Gede, kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (15/9/2023).
HP, calon pengantin yang menjalani sesi foto pre-wedding menggunakan flare atau suar di Bukit Teletubbies, Gunung Bromo, Jawa Timur, meminta maaf atas kebakaran yang melanda kawasan Bromo.
Permohonan maaf disampaikan HP secara langsung kepada sejumlah tokoh masyarakat Tengger, Ketua Dukun Paruman Tengger, Sutomo, serta tiga kepala desa yang mewakili enam desa.
Pertemuan diadakan di Balai Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jatim, Jumat (15/9).
“Kami dan teman-teman, dan tentunya mewakili saudara Andrie yang saat ini berada di tahanan Polres, ingin menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya. Permohonan maaf ini kami tujukan kepada seluruh masyarakat adat Tengger, pada tokoh-tokoh adat Tengger, kepada tokoh-tokoh masyarakat Tengger, kepada pemerintah daerah Tengger,” ujarnya.
Andrie Wibowo Eka Wardhana (41), manajer wedding organizer sudah ditetapkan sebagai tersangka kebakaran lahan di Gunung Bromo.
Dia terancam hukuman penjara lima tahun dan denda Rp 3,5 miliar, menurut Kepala Kejaksaan Negeri Probolinggo, David P Duarsa, di Probolinggo, Jumat (15/09).
Adapun lima orang yang menjadi saksi dalam kasus kebakaran ini adalah calon pengantin pria HP (30), calon pengantin wanita PMP (26). Kemudian kru wedding organizer MGG (38), ET (27), dan perias AAV (34). Ketiga kru tersebut merupakan warga Kota Surabaya, Jawa Timur.
HP mengeklaim telah berupaya memadamkan api sesaat setelah kebakaran terjadi akibat penyalaan suar saat sesi foto prewedding.
“Kejadian ini tak sengaja. Saat kejadian kami sudah berusaha memadamkan [kebakaran Bromo] dengan air mineral kemasan sebanyak lima botol,” jelasnya saat meminta maaf di hadapan warga Tengger, Jumat (15/09).
Namun, menurutnya, upaya memadamkam api tidak membuahkan hasil. Kebakaran pun meluas.
“Dengan segala keterbatasan kami dan kondisi saat itu angin sangat kencang ditambah rumput kering, kami tak dapat memadamkan,” sambungnya.
Seorang relawan di Kabupaten Lumajang, Sukaryo, mengatakan kebakaran yang terjadi sejak Rabu (06/09) masih belum berhasil dipadamkan karena faktor cuaca dan perlengkapan yang kurang memadai.
“Karena angin sangat kencang sementara lahan yang terbakar rumput kering, akhirnya api cepat menjalar,” ujarnya.
“Belum lagi medan yang curam, jadi secara manual sangat kesulitan.”
Sukaryo bertugas memadamkan kobaran api di savana dekat dengan lautan pasir Gunung Bromo.
Dia turun ke lokasi pada hari kedua, Kamis (07/09).
Waktu itu, api setinggi orang dengan sangat cepat membakar hamparan savana yang sebagian besar rumput kering.
Pria 45 tahun ini bercerita, upaya mereka memadamkan api rupanya kalah dengan angin.
“Kalau api kena angin, ya apinya makin besar dan tinggi.”
Setiap hari Sukaryo dan seratusan orang dikerahkan untuk membantu upaya pemadaman.
Berbagai peralatan disiapkan.
Mulai dari jet shooter atau pompa punggung pemadam kebakaran lahan berkapasitas 20 liter.
Tandon air yang dibawa dengan mobil pikap hingga menggunakan cara manual yaitu gebyok –memukul api dengan ranting atau dahan kering.
Sayangnya, kata Sukaryo, usaha mereka belum sepenuhnya berhasil menyurutkan bahkan memadamkan api.
“Savana di dekat lautan pasir masih terbakar.”
Menghadapi api yang terus membara, membuat Sukaryo harus ekstra hati-hati.
Kalau terlalu dekat, dia bisa tersambar apalagi kalau angin berbalik arah. Belum lagi terkena asap.
“Kalau kena [asap], mau padamkan api jadi enggak maksimal. Bisa lemas kan kena asap.”
Sementara alat pelindung diri yang dikenakan tak sepenuhnya kuat menahan panasnya bara api.
Sepatu gunung yang ia pakai, katanya, sampai meleleh.
Beberapa relawan malah ada yang sampai mengalami luka gores karena menyusuri hutan dan pepohonan.
Para relawan, kata dia, mulai beraksi dari pukul 08.00 pagi sampai tengah malam bahkan ada yang sampai subuh.
Mereka yang bertugas sepanjang hari itu, baru bisa beristirahat esok harinya.
“Makanya habis malam pulang, istirahatnya seharian. Jadi digilir, sehari di lapangan sehari istirahat.”
Sukaryo mengatakan kebakaran besar di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kali ini memang berasal dari ulah sekelompok orang yang menyalakan flare atau suar demi kepentingan foto prewedding.
Dua insiden kebakaran yang terjadi sebelumnya berhasil dikendalikan dalam waktu seminggu.
Pada Rabu (06/09) itu, kobaran api mulanya ada di belakang gapura bukit Teletubbies.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan beberapa kru foto dan pasangan calon pengantin diam saja melihat kobaran api.
Dari keterangan Kasat Reskrim Polres Probolinggi, AKBP Achmad Doni Meidianto, pasangan itu berusaha memadamkan api dengan beberapa air mineral botolan.
Tapi percuma karena api keburu cepat membesar.
Selain itu mereka juga tidak langsung melapor ke tim nasional.
“Mereka menyesal. Sebenarnya pada saat kejadian mereka juga panik dan sudah berupaya, cuma tidak ada sumber air,” ungkap Kasat Reskrim Polres Probolinggi
Pengamatan mata Sukaryo, saat ini 80% padang rumput di taman nasional sudah berubah hitam.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, berkata yang membuat kebakaran di sana bergerak sangat cepat karena tidak ada penghalang.
Dia mencontohkan kebakaran di lahan gambut yang masih bisa dihadang dengan bantuan parit.
Kemudian, pemadaman hanya bisa dilakukan dengan water bombing dari udara.
“Dengan kontur lahan seperti ini mustahil ada embung dan satgas darat mencapai lokasi butuh waktu lama. Yang bisa dilakukan bawa pompa jinjing,” jelas Abdul Muhari dalam siaran pers di YouTube BNPB.
Cara lain adalah gebyok atau memukul-mukul api dengan anting atau dahan kering.
Kendati sistem tersebut, menurutnya agak bahaya, apalagi kalau arah angin berbalik.
Itu mengapa, kata dia, pengelola taman nasional harus menguatkan satgas api di tiap-tiap pintu masuk sehingga begitu ada kebakaran langsung dilokalisir.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani, mengatakan kebakaran yang terjadi hampir sepekan ini mengakibatkan kerugian hingga miliaran rupiah.
Nilai tersebut berasal dari ditutupnya kawasan wisata alam Gunung Bromo sejak 6 September hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Secara ekonomi, masyarakat yang bekerja di bidang wisata juga rugi karena tidak ada pengunjung yang menyewa jip.
“Mereka tidak bisa berjualan dan penginapan baik hotel maupun homestay juga kosong,” ujarnya.
Tapi lebih dari itu sejumlah vegetasi endemik dan habitat satwa di sana hangus terbakar seperti bunga edelweiss, rumput maleo.
Termasuk Elang, Lutung Jawa, Ular Bumi Tengger, dan kera ekor panjang berpotensi hilang akibat kebakaran hutan.
Adapun soal luasan lahan yang terbakar, sambungnya, masih dalam proses perhitungan sebab fokus saat ini masih mengendalikan api.
Yang pasti titik api sempat meluas hingga ke arah Kabupaten Malang dan Lumajang.
“Namun saat ini sudah terlihat padam dan hanya terlihat beberapa asap dari bara api yang tersimpan di tanah dan pohon yang terbakar.”
“Untuk areal yang terbakar berada di Savana Lembah Watangan dan sekitarnya.”
Usai insiden kebakaran yang diakibatkan penggunaan flare atau suar, pengelola taman nasional mengaku sebetulnya sejak 2019 Balai Besar TNBTS telah mewajibkan pembelian kacis hanya melalui booking online ke situs resmi.
Dalam prosesnya pengunjung diwajibkan membaca aturan dan larangan selama berwisata di dalam kawasan Bromo.
Pihak taman nasional juga sudah meletakkan beberapa papan imbauan di sejumlah titik strategis.
Tapi ke depan, pihak TNBTS berkata akan lebih mengimbau masyarakat, pengunjung dan jasa wisata untuk menjaga kawasan dengan tidak menyalakan api atau sejenisnya.
“Selain itu TNBTS juga akan meningkatkan intensitas patroli kebakaran hutan, mendirikan posko dalkarhut dan menyiapkan sarana prasarana pendukung sebagai langkah deteksi dini.”
#beritaterkini, #beritaviral, #judionline, #judislot, #promojudi, #slotgacor, #slotonline